Sabtu, 12 Desember 2009

Wisata Bumi Cekungan Bandung

Kesadaran masyarakat Bandung terutama generasi mudanya pada keadaan lingkungan sekitarnya semakin meningkat. Ditandai dengan tumbuh kembangnya berbagai komunitas yang memberi perhatian pada pelestarian sejarah, budaya, maupun lingkungan tempat hidup. Saat ini mereka banyak belajar dari para pakarnya, setiap akhir pekan ada yang menelusuri gedung-gedung tua, museum, dan tempat-tempat bersejarah, komunitas lainnya mempelajari lingkungan alam sekitar Bandung. Mudah-mudahan kelak ketika mereka menjadi pemangku kebijakan memperlakukan Bandung Raya lebih baik lagi.
Sudah banyak buku-buku panduan tentang Bandung dari segi sejarah, budaya, lingkungan, bahkan panduan belanja dan kuliner kota Bandung. Sebut saja misalnya Semerbak Bunga di Bandung Raya (1986) dan Jendela Bandung (2008). Pada Bulan Maret 2009 bertempat di Gedung Merdeka diluncurkan buku Wisata Bumi Cekungan Bandung. Seperti tercermin dari judul bukunya jangan harap ada panduan belanja fesyen dan kuliner di Bandung. Ini adalah sesuatu yang lain, geowisata atau wisata bumi.
Buku ini adalah panduan geowisata bentang alam di dan seputar Cekungan Bandung. Bandung di sini berarti Bandung Raya yang meliputi wilayah administratif Kabupaten Bandung, Kota Bandung, Kota Cimahi, dan Kabupaten Bandung Barat. Keterkaitan bangun alam di daerah-daerah tersebut tidak mengenal wilayah administratif, tetapi mempunyai sejarah geologi yang panjang meskipun relatif muda dibanding umur Bumi.
Dengan membaca buku ini kita dituntun membaca sejarah geologi lingkungan Bandung dari membaca bentang alam yang nampak sekarang. Buku diawali dengan pendahuluan sejarah singkat Cekungan Bandung, mengenai proses terbentuknya serta alam dan manusia yang mengisinya. Ketika buku ini saya perlihatkan kepada seorang sepuh Ua Bandung, beliau menangis setelah membaca fragmen Bujangga Manik menyusuri beberapa tempat di Jawa Barat dan perjalanan di kawasan Cekungan Bandung. Beliau katakan bahwa T. Bachtiar dan Budi Brahmantyo kasurupan Bujangga Manik. Dalam artian penghargaan kepada mereka berdua telah menulis fragmen Bujangga Manik. Rupanya Ua Bandung sedang meneliti Bujangga Manik apakah ada hubungannya dengan Prabu Limansenjaya yang dimakamkan di Cipancar-Limbangan. Bujangga Manik adalah tohaan (pangeran) dari Pakuan Pajajaran sekira akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16 yang melakukan perjalanan keliling P. Jawa dan juga singgah di Bali.
Setelah Bagian Pendahuluan terdapat sembilan panduan jalur wisata bumi yang disebut Geotrek. Masing-masing dirancang untuk sehari perjalanan bolak-balik dari Kota Bandung (one day excursion), meliputi daerah dalam semua arah mata angin dengan berkendaraan dan juga berjalan kaki. Gambaran dari geotrek-geotrek tersebut:
Geotrek 1:
Perjalanan di komplek Gunung Tangkuban Parahu. Gunung yang melegenda ini merupakan anak Gunung Sunda (terbangun 300.000 tahun lalu) dan cucunya G. Jayagiri atau Gunung Pra Sunda yang terbangun antara 560.000 – 500.000 tahun yang lalu. Legenda Sangkuriang erat dengan proses terjadinya G. Tangkuban Parahu, legenda ini paling tidak sudah dikenal pada akhir abad ke-15 dari lontar Bujangga Manik yang tersimpan di Inggris.

Geotrek 2:

Menyusuri Patahan Lembang dari G. Batu hingga G. Bukit Tunggul dan G. Palasari.

Geotrek 3:
Menyusuri Sungai Ci Kapundung dari hulu di G. Bukit Tunggul hingga bermuara di Sungai Ci Tarum.

Geotrek 4:
Perjalanan di Cekungan Bandung terutamma menyusuri garis pantai bekas danau sebelah utara.

Geotrek 5:
Perjalanan ke arah selatan dari Cekungan Bandung mulai dari G. Sadu (ada batu yang mempunyai gaya magnet yang kuat) hingga Situ Patengan bekas kaldera gunung api purba.

Geotrek 6:
Menyusuri pegunungan kapur antara Padalarang – Rajamandala, sebelah barat dari Cekungan Bandung. Topik penting di antaranya penemuan kerangka manusia purba di Gua Pawon yang berumur 9.500 tahun.

Geotrek 7:
Menyusuri daerah bekas danau Bandung sebelah barat (Danau Bandung kembar di timur dan barat terpisah oleh rangkaian gunung api tua) dan proses bobolnya tanggul di Pasir Kiara dan Puncak Larang.

Geotrek 8:
Menyusuri rangkaian bekas gunung tua mulai dari Pasir Salam hingga Gunung Halu yang menjadi pematang antara kedua Danau Bandung serta proses bobolnya danau di Curug Jompong.

Geotrek 9:
Perjalanan di bagian timur Cekungan Bandung mulai dari Jatinangor, Gunung Geulis, Cicalengka dan Kendan. Kemudian perjalanan dilanjutkan ke arah selatan yaitu Argasari, Ci Santi (hulu S. Citarum), Perkebunan Teh Malabar, dan G. Puntang.
Sesungguhnya masih banyak trek-trek lain yang juga tak kalah menarik. Misalnya untuk Geotrek 9 terlalu panjang untuk dilakoni dalam sehari dan bisa dipecah menjadi dua untuk perjalanan di Cekungan Bandung sebelah timur (Geotrek 9) dan selatan (Geotrek 10). Di jalur timur kita tambahkan obyek sebelum Jatinangor misalnya Curug Ci Lengkrang dan Situs Batu Kuda di G. Manglayang. Kemudian di Cicalengka kita dapat mengunjungi Curug Ci Nulang.
Bagi yang terlewat mengumpulkan tulisan-tulisan dari T. Bachtiar dan Budi Brahmantyo di media cetak tentang Cekungan Bandung mungkin bisa menemukannya dalam buku ini. Memang tidak semuanya. Dengan gaya tulisan yang populer tidak sulit untuk dimengerti khalayak pembaca terutama pecinta Bandung. Buku ini dicetak dengan edili luks dan dilengkapi peta dan foto-foto berwarna menjadikan buku ini lebih hidup, warna-warni Cekungan Bandung. Saya kira dalam waktu dekat kota-kota lain akan membuat semacam buku geowisata seperti buku ini. Bandung tea atuh! Heueuh?

sumber: http://id.shvoong.com/books/travel-book-log/1935607-wisata-bumi-cekungan-bandung/

Selasa, 01 Desember 2009

Tips Menghadapi LONGSOR dan Ciri Daerah Rawan Longsor


Ciri Daerah Rawan Longsor
1. Daerah berbukit dengan kelerengan lebih dari 20 derajat
2. Lapisan tanah tebal di atas lereng
3. Sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik
4. Lereng terbuka atau gundul
5. Terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing
6. Banyaknya mata air/rembesan air pada tebing disertai longsoran-longsoran kecil
7. Adanya aliran sungai di dasar lereng
8. Pembebanan yang berlebihan pada lereng seperti adanya bangunan rumah atau saranan lainnya.
9. Pemotongan tebing untuk pembangunan rumah atau jalan

Upaya mengurangi tanah longsor
1. Menutup retakan pada atas tebing dengan material lempung.
2. Menanami lereng dengan tanaman serta memperbaiki tata air dan guna lahan.
3. Waspada terhadap mata air/rembesan air pada lereng.
4. Waspada padsa saat curah hujan yang tinggi pada waktu yang lama

Yang dilakukan pada saat dan setelah longsor

1. Karena longsor terjadi pada saat yang mendadak, evakuasi penduduk segera setelah diketahui tanda-tanda tebing akan longsor.
2. Segera hubungi pihak terkait dan lakukan pemindahan korban dengan hati-hati.
3. Segera lakukan pemindahan penduduk ke tempat yang aman.

sumber: http://rovicky.wordpress.com/tips/

Proses pembentukan minyak bumi

Quantcast

cekungan-minyak.jpgSakjane sudah cukup lama saya ingin membuat dongeng proses terjadi atau terbentuknya minyak di bumi. Tapi karena ngga ada urgensinya ya akhirnya baru sekarang dongengan ini tertulis. Kalau tulisan ilmiahnya ya buanyak. Cuman sering menggunakan jargon dan istilah yang hanya dikenal sama dewa-dewa diatas sana :P

Teori Organis dan teori Anorganik

Teori proses pembentukan minyak yang dikenal hingga saat ini ada dua teori besar yaitu teori an-organik dan teori organik. Teori an-organik ini saat ini jarang dipakai dalam eksplorasi migas. Salah satu pengembang teori an organik ini adalah para penganut creationist – atau penganut azas penciptaan, itu tuh yang anti teori evolusi :) . Teori an-organic ini sering juga dikenal abiotik, atau abiogenic.

Dongeng kali ini hanya untuk teori organik saja.

Proses pembentukan minyakbumi berdasar teori organik

minyak-1.jpg

Mungkin ngga ada yang menyangka sebelumnya bahwa secara alami minyak bumi yang ada secara alami ini dibuat oleh alam ini bahan dasarnya dari ganggang. Ya, selain ganggang, biota-biota lain yang berupa daun-daunan juga dapat menjadi sumber minyak bumi. Tetapi ganggang merupakan biota terpenting dalam menghasilkan minyak. Namun dalam studi perminyakan (yang lanjut dan bikin mumet itu) diketahui bahwa tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi akan lebih banyak menghasilkan gas ketimbang menghasilkan minyak bumi. Hal ini disebabkan karena rangkaian karbonnya juga semakin kompleks.

minyak-2.jpg

Setelah ganggang-ganggang ini mati, maka akan teredapkan di dasar cekungan sedimen. Keberadaan ganggang ini bisa juga dilaut maupun di sebuah danau. Jadi ganggang ini bisa saja ganggang air tawar, maupun ganggang air laut. Tentusaja batuan yang mengandung karbon ini bisa batuan hasil pengendapan di danau, di delta, maupun di dasar laut. Batuan yang mengandung banyak karbonnya ini yang disebut Source Rock (batuan Induk) yang kaya mengandung unsur Carbon (high TOC-Total Organic Carbon).

Proses pembentukan carbon dari ganggang menjadi batuan induk ini sangat spesifik. Itulah sebabnya tidak semua cekungan sedimen akan mengandung minyak atau gasbumi. Kalau saja carbon ini teroksidasi maka akan terurai dan bahkan menjadi rantai carbon yang tidak mungkin dimasak.

minyak-3.jpg

Proses pengendapan batuan ini berlangsung terus menerus. Kalau saja daerah ini terus tenggelam dan terus ditumpuki oleh batuan-batuan lain diatasnya, maka batuan yang mengandung karbon ini akan terpanaskan. Tentusaja kita tahu bahwa semakin kedalam atau masuk amblas ke bumi, akan bertambah suhunya. Ingat ada gradien geothermal ? (lihat penjelasan tentang pematangan dibawah).

Reservoir (batuan Sarang)

Ketika proses penimbunan ini berlangsung tentusaja banyak jenis batuan yang menimbunnya. Salah satu batuan yang nantinya akan menjadi batuan reservoir atau batuan sarang. Pada prinsipnya segala jenis batuan dapat menjadi batuan sarang, yang penting ada ruang pori-pori didalamnya. Batuan sarang ini dapat berupa batupasir, batugamping bahkan batuan volkanik.

Proses migrasi dan pemerangkapan

minyak-41.jpg

Minyak yang dihasilkan oleh batuan induk yang termatangkan ini tentusaja berupa minyak mentah. Walaupun berupa cairan, minyakbumi yang mentah ciri fisiknya berbeda dengan air. Dalam hal ini sifat fisik yang terpenting yaitu berat-jenis dan kekentalan. Ya, walaupun kekentalannya lebih tinggi dari air, namun berat jenis minyakbumi ini lebih kecil. Sehingga harus mengikuti hukum Archimides. Inget kan si jenius yang menurut hikayat lari telanjang ? Sambil berteriak, “Eureka .. eureka !!”. Demikianlah juga dengan minyak yang memiliki BJ lebih rendah dari air ini akhirnya akan cenderung ber”migrasi” keatas.

Ketika minyak tertahan oleh sebuah bentuk batuan yang menyerupai mangkok terbalik, maka minyak ini akan tertangkap atau lebih sering disebut terperangkap dalam sebuah jebakan (trap).

Proses pematangan batuan induk (Source rock)

oil-generation.jpg

Untuk sedikit lebih canggih dalam memahami proses pembentukan migas, dongeng berikut ini menjelaskan hanya masalah pematangannya.

Seperti disebutkan diatas bahwa pematangan source rock (batuan induk) ini karena adanya proses pemanasan. Juga diketahui semakin dalam batuan induk akan semakin panas dan akhirnya menghasilkan minyak. Tentunya ada donk hubungan antara kedalaman dengan pematangan ? Ya tentusaja.

Proses pemasakan ini tergantung suhunya dan karena suhu ini tergantung dari besarnya gradien geothermalnya maka setiap daerah tidak sama tingkat kematangannya.

Daerah yang dingin adalah daerah yang gradien geothermalnya rendah, sedangkan daerah yang panas memiliki gradien geothermal tinggi.


Dalam gambar diatas ini terlihat bahwa minyak terbentuk pada suhu antara 50-180 derajat Celsius. Tetapi puncak atau kematangan terbagus akan tercapai bila suhunya mencapai 100 derajat Celsius. Ketika suhu terus bertambah karena cekungan itu semakin turun dalam yang juga diikuti penambahan batuan penimbun, maka suhu tinggi ini akan memasak karbon yang ada menjadi gas!

sumber: http://rovicky.wordpress.com/2008/02/21/proses-pembentukan-minyak-bumi/


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by ArchitecturesDesign.Com Beautiful Architecture Homes